SUARA HATI

Dalam tatap langit
Aku juga ingin menatap bintang lama-lama
Walau kusadari itu bukanlah purnama
Walaupun aku takkan pernah bisa menyentuhnya
Aku cuma ingin memandang
Memperlihatkan sebuah kerinduan
Dan ketidak-sampaian akan sebuah harapan
Dan akupun akan terus menunggu untuk beberapa malam...

Dalam sebuah perjuangan
Masa sering melupakan, ataukah memang terlupakan!…
Tapi aku tahu sebuah gejolak hanyalah sepenggal kisah
Takkan pernah bisa melupakan kerinduan padanya
Namun apa hendak dikata jika harus memilih dan berkorban dalam satu waktu!..

Cahaya mentari itu
Hanya mampu bersinar dalam baraku
Dan hanya api terdekatlah nyalaku
Membuihkan embun ciptakan mutiara
Dan tahukah sekarang siapa mutiaraku
Kalian adalah bagian dari kuncup api itu…
Dan segala persembahan tanganku berterima kasih padamu
Sampai nanti selesai pengembaraanku

Hadirnya bawa kecerahan
Tak semudah lara terlupakan
Demikian banyak pundakku berderak
Gunung yang ditanggungkan sampai berapa lama menjadi bumi ini!
Tahukah ia, masa yang habis sudah tercuri jalanku panjang…

Masa yang semakin aneh
Nasehat sudah jauh tercampak
Kepandaian yang semakin melonjak semuapun terjebak
Maka kata emas semoga adalah kenyataanku
Tak terpisahkan dengan do'a, cukuplah jadi apapun yang mampu terucapku
Dan hanya itulah yang mampu kuhadiahkan padanya
Pengharapan do'a dan syukur dari amalan kecil hamba

Jika satu kata tak lagi cukup berarti
Apalah arti berucap…
Jika semua adalah hati
Tak perlu lagi segala yang jahat

Kegelapan yang hadir
Keabadian adalah kemenangan
Dan nyala yang bergoyangpun musnah…

Berlembar-lembar berlian ukiran pena
Begitu sia-sia
Kebodohan, kekayaan itupun lalu hilang percuma
Hingga aku rela berlepas pinggang, sempat jatuh dalam jurang
Baru tahulah aku, apakah sebenar kerugian…

Apakah hijau itu masih bermakna
Dalam kebutaan langkah
Daun-daun itu adalah sementara kedamaianku

Tahulah bahwa segala yang terang adalah mentari
Bagi kami, bumi pun musnah lagi
Hirup kedamaian dari sebuah bui

Puncak langkahku tak pasti
Namun fikirku sudah terhenti
Harus menunggu apa lagi?
Ku ingin memenangkan gejolak kini

Pijakan yang sedemikian banyak kususun
Kerikil sedemikian banyak kusandung
Masih kurangkah bekalku?
Dalam pengembaraan panjang
Kurengkuh derita, masihkah aku terlena?

Jalanku, jalanku jauuuh sekali…
Sering kulupa langkah apakah ini
Sering pula tak sadar dimanakah aku kini
Bagaimana aku pulang...

Dinginya hujan, aku sekarang bersama guyuranya
Petir yang menyambar hanya mengganggu lamunanku saja
Aku tak bergerak lagi, menunggu tuk keluar
Setelah sekian lama dan terbang lagi…

Aku benci berisik
Aku yang tlah hilang
Dimanakah darah mendidih itu, apakah telah beku?
Takkan percaya, ini hanyalah garis lamunan yang kian menjalin namaku…

Aku juga ingin tertawa seperti mereka
Akupun tak beda jauh disisinya
Cuma dalam rimba aku harus terus bercecer darah dan pena...

Dunia yang semakin goncang
Dimana pijakan?, kuingin terus bersandar...
Dan aku menjadi yang tak terbayangkan…

Ombakku
Tak seperkasa karang itu
Sampai kapan harus kelelahan bergoyang dalam ketidak-pastian
Mampukah aku terus menahan bah berdatangan?

Kebimbangan nafas…
Demikian erat terbelenggu
Sudah terlanjur menyatu
Nafas apalagi yang akan memisahkanku!…

Bimbangku, hati yang diterpa badai
Ataukah memang aku ditinggalkan jiwa itu?
Aku tiada tahu, apakah ini karena kehendak masa ataupun aku harus kembali berpulang padanya
Dalam terang para bintang
Akupun menunggu untukku berlari kembali kemuasal…

Diam dan membatu
Sampai kapan kusembunyikan kerianganku
Sampai datang kelak temanku
Hati yang berbunga itu
Menaburkan benih dalam bisu
Jadilah aku lenyap tanpa tahu

Bahasa ini jadi sedemikian panjang dan kaku
Aku hanya mampu bertahan dalam tutur keutuhanku
Tak terpatahkan apapun, aku akan terus membelai hati itu
Dan akulah sendiri jiwa itu…

Kapan aku harus berkata
Sedang mulutkupun sering lupa
Kapan aku sadar
Dalam kedamaian nafas tak terlupakan…

Dan nantikan,
Sampai hilang mati kelaparan
Sampai satu purnama baru datang
Aku akan segera berpulang
Kala bintang ramai menghilang
Kala musim semi datang
Ku tak ingin bunga-bunga berguguran
Dan bunga barupun bermunculan
Walau entah dalam kelelahan…
Karena aku harus terus berkejaran…

0 Comments:

Post a Comment